HURT

11002630_1402948016683454_859169649758535030_n

Oh sehun menghela nafas panjang lalu menghentikan langkahnya tepat beberapa meter dari tempat gadis itu duduk. Namja itu hanya memerhatikan gadis yang tengah duduk di depannya dalam diam.
Ia teringat percakapannya beberapa waktu yang lalu bersama kim jongin melalui ponsel.
“Hun-ah, apa kau bisa membantuku?” Ucap kim jongin. Suaranya terdengar sedikit ragu, tapi ia tetap berusaha menyembunyikannya dengan bertanya

“Tentu. Waeyo?”

Hening beberapa detik..

“Hun-ah, tolong temui hanmi. Dia tidak kembali ke apartemennya sejak siang tadi. Aku khawatir. Aku rasa kau tahu dimana hanmi sekarang. Jebal” kata kim jongin akhirnya.

Oh sehun tertegun. Tiba-tiba tangannya terkepal erat, fikirannya di penuhi oleh pertanyaan2 yang memojokan kim jongin jika ia benar-benar menyuarakannya. Tapi namja berkulit putih bak porselen itu hanya mengatupkan mulutnya. Ia tak mengatakan apapun selain “baiklah” saat sebelum kim jongin memutuskan sambungan telponnya.

‘Aku bersumpah akan menghajarmu jika kau membuat hanmi terluka, saekki-ya!’ Batin oh sehun.
Ia tau sedang terjadi sesuatu dengan mereka berdua. Jika tidak, mengapa kim jongin malah meminta bantuannya dan tidak menemui park hanmi sendiri? Bukankah mereka berkencan sekarang? Ish, ia baru tahu kim jongin tak se-gantle kelihatannya.

Park hanmi menegakkan kepala saat suara familiar itu menyebutkan namanya.

“Oh sehun-ssi” gumam gadis itu ketika pandangan mereka bertemu. Gadis itu cepat-cepat mengusap air mata yang masih menetes dari ujung kelopak matanya dan bersikap seolah dia baik-baik saja.
Sehun tersenyum simpul. Matanya menyipit saat sudut-sudut bibirnya tertarik ke atas.

“Sedang apa kau disini?” Tanya oh sehun. Namja itu menatap tulus wajah hanmi yang terlihat seperti pakaian yang terlalu sering di cuci, tangannya yang semula menggantung bebas ia masukkan ke saku celana bahan yang di kenakannya.<br>

Park hanmi menyunggingkan senyum fake-nya lalu sedikit merapikan rambut yang tergerai menutupi sebagian wajah.
“Ah, aku hanya sedang berjalan-jalan di sekitar sini”

“Benarkah?” Tanya namja itu dengan tatapan menyelidik.

“Uhm. Apa kau sendirian?”

Sehun mengangguk. Tatapannya tak lepas dari wajah gadis yang selalu menghantuinya itu.

“Oh. Duduklah” kata hanmi, gugup. Ia mengalihkan pandangannya saat bertatapan dengan namja itu. Entah kenapa ia merasa sepuluh kali lebih gugup dari biasanya, mungkin efek perutnya yang kelaparan atau mungkin dingin yang menusuk sampai ke tulang? Ah entahlah, hanmi tidak ada waktu untuk memikirkannya.

Oh sehun tersenyum. Lalu tiba-tiba ia membuka jas yang sedari tadi ia pakai dan meletakkannya di punggung gadis itu. Park hanmi yang heran hanya membuka mulutnya dan menatap wajah namja itu dari dekat.
‘Kau masih tetap tampan sehun-ah’

“T-tapi kau bisa kedinginan” lirih hanmi. Oh sehun hanya tersenyum menanggapi pertanyaan hanmi lalu berkata..

“Aku tidak akan kedinginan jika kau mau menemaniku makan di sana” oh sehun menununjukan jari lentiknya ke arah sebuah caffe tak jauh dari tempatnya berdiri. Park hanmi tertegun.

‘Apa dia masih mengingatnya? Caffe itu kann..’

“Bagai mana?” Lanjut oh sehun, senyumnya masih terkembang.

“Ahh palli, aku sudah merasa kedinginan. Kau harus bertanggung jawab. Arra?” Namja itu tak sabar dan mulai merengek bak anak umur 5 tahun yang menginginkan balon. Park hanmi hanya bisa menggeleng2kan kepalanya heran.

‘Kau tidak berubah ya?’

“Gerae.. geurae.. kajja”

Oh sehun tersenyum senang lalu bergegas menggandeng tangan gadis itu dengan riang. Hatinya terasa membuncah. Oh tuhan, oh sehun sangat merindukan saat-saat seperti ini. Saat ia merasa bahagia dengan gadis itu di sampingnya.

Park hanmi hanya memandangi tingkah namja itu dengan perasaan gemas. Ia lupa jika beberapa saat yang lalu hatinya terasa sesak dan sakit. Dan ia tak menyadari jika kehadiran namja ini bisa mengalihkan dunianya yang lain.

****.

Namja itu merasa bodoh sekarang. Ia berdiri di balik pohon besar dan menatap gadisnya yang tengah tersenyum pada seorang namja. Ia mengeratkan gerahamnya kuat sembari tersenyum, menatap pahit pemandangan luar biasa dihadapannya. Tiba2 ia teringat percakapannya dengan kyungsoo sore tadi.

“Yak, kau membiarkan oh sehun menemani kekasihmu? Apa kau sudah gila eoh?? Kau ingat? oh sehun mantan pacarnya! Apa kau tidak hawatir park hanmi akan kembali pada uri maknae?”
Ucapan kyungsoo seperti ledakan bom atom di hatinya, rasanya jelas sakit dan hancur berantakan. Apa dia sudah gila? Mungkin. Yang jelas kim jongin hanya memikirkan park hanmi saat ia dengan ragu meminta oh sehun menemui gadisnya itu. Dan ia tau gadis itu belum mau bertemu dengannya. Ia masih marah karena pemberitaan itu. gadis itu kelewat tertutup pada siapapun, Tapi tidak dengan oh sehun. Jongin masih mempertanyakannya. Kenapa hanya oh sehun? Kenapa ia sendiri tidak bisa? ‘Waeyo?’

Kim jongin merasakan perutnya bergejolak mual saat melihat namja albino itu menatap gadisnya tanpa berkedip, senyum namja itu seolah sudah terlukis permanen di bibirnya yang tipis. Dari situ ia menyadari oh sehun masih menyukai park hanmi.

‘Oh sekarang rasanya aku ingin membunuh si brengsek itu!’

Namja itu mulai membuat jongin marah. Hei, jongin bilangkan dia hanya memintanya untuk menemui park hanmi, bukan malah menggandeng tangannya seperti itu!
Tangan kim jongin mengepal erat, dadanya begitu sesak. Ia merasa seolah semua pasokan oksigennya direbut paksa oleh malaikat pencabut nyawa. Ingin rasanya namja tan itu berlari dan menghampiri mereka. Ingin sekali namja bernama kim jongin itu melepaskan tautan tangan mereka lalu membawa gadisnya pergi.
Tapi ia bahkan tak berani medekati mereka barang selangkahpun.

Akhirnya kim jongin hanya terpaku di tempatnya berdiri. Ia menahan diri dan hanya mengetuk2an ibu jarinya pada touchscreen ponselnya, lalu melangkahkan kaki menjauh dari tempat itu.

To: Oh Sehun

“pastikan hanmi pulang sebelum jam 10 malam”

I like the way it hurts..