look at me!

11156419_851843608184604_2883142149539477432_n

“hanmi-ya, gwaenchana?” kim jongin menyentuh pundakku, berusaha membuatku untuk berbalik dan menatapnya. Tapi entah kenapa gambar di dalam benda persegi itu membuat dadaku begitu penuh sesak dengan gumpalan yang membuatku seakan sulit untuk bernafas dan menghentikan kinerja sebagian otakku, termasuk untuk sekedar merespon perkatan kim jongin.

“yak, Mrs. Kim? Apa yang sedang kau lakukan hmm?” tanya nya lagi, kali ini ia mengalah dan berjalan memosisikan dirinya di hadapanku.

Aku menunduk.

“park hanmi! sebenarnya kau kenapa? apa sesuatu telah terjadi?” katanya terdengar khawatir.
kim jongin menyentuh pipiku dan menyingkirkan helaian rambut yang tergerai menutupi hampir seluruh permukaan wajahku itu. Ia mendesah pelan saat merasakan jari-jarinya basah. Rahangnya mengeras.

“apa aku melakukan sesuatu yang menyakitimu eoh?” tanyanya lagi. aku masih diam, tapi bulir-bulir air bening itu tak hentinya turun dari pelupuk mataku. Aku mulai terisak dan menggenggam benda persegi panjang itu dengan erat, berusaha membuat tanganku mati rasa.
jongin tiba-tiba mengmbil paksa benda itu dari genggamanku lalu menyipitkan mata, memperhatikan sesuatu di dalam layar benda bernama ponsel itu untuk beberapa saat.

“apa karena ini?” tanyanya sembari mengacungkan benda itu kehadapanku. Aku masih dan masih tidak ingin menjawabnya.
Kim jongin mendengus kesal lalu setelah itu menghela nafasnya berat.

“hanmi-ya.. Look at me pleasse..” katanya dengan nada selembut mungkin. Namja itu mensejajarkan wajahnya dihadapanku lalu mencoba mengangkat wajahku dengan kedua tangannya.

“namja itu memang aku” ujarnya membuat hatiku berdenyut nyeri.
‘bisakah ini hanya mimpi? Atau semoga saja hari ini aku sedang sedikit tuli sehingga sesuatu yang seharusnya terdengar -namja itu bukan aku-, menjadi sesuatu yang terdengar menyakitkan seperti itu.’

“dan yeoja itu mantan pacarku” lanjutnya. Aku berjengit, lalu mengangkat wajahku perlahan dan berusaha menatap mata namja itu lekat, demi bisa mencari kebohongan yang tersembunyi di dalamnya. Tapi sepertinya nihil.

Kim jongin tersenyum. Tatapan teduhnya bahkan mungkin bisa melelehkan gunung es di kutub utara, dan apa dayaku yang hanya sebuah kepingan salju dimusim dingin?

“kau tahu, foto itu bahkan di ambil sebelum aku menjadi seterkenal ini. Dan tentu saja sebelum aku mengenalmu.” ucapnya. kedua ibu jarinya mengusap aliran air yang melintas untuk kesekian kalinya di pipiku.

“apa kau cemburu?” pertanyaan itu membuatku jengah. Aku menepis tangan besar namja itu lalu berdiri memunggunginya.

“yak, mrs. Kim, kau seorang pecemburu yang menyebalkan!” ujar kim jongin. aku mengusap kasar air mataku lalu hendak melangkah pergi sebelum akhirnya namja itu berhasil menarik tanganku.

“hajima. Kau tidak aku perbolehkan pergi kemanapun” katanya sembari menarik kedu pundakku dan mengusapkan ibu jadinya di kedua sisi wajahku yang sembab.

“apa kau masih cemburu” pertanyaan itu membuat bibirku mengerucut sempurna. Kim jongin tertawa pelan.

“yak Mrs. Kim, jangan menangis lagi eoh, kau harus berjanji padaku. Aku benci melihatmu menangis.”
aku menatapnya lagi, membiarkan indra penglihatanku menjelajahi setiap lekuk yang tercetak sempurna pada wajah namja bernama Kim Jongin itu. Aku bohong jika mengatakan bahwa aku tidak cemburu melihat foto itu. aku cemburu, sangat cemburu. Tapi aku terlalu enggan mendeklarasikan perasaan bodoh itu di depan namja tampanku ini.

“jangan menghawatirkan sesuatu seperti itu lagi. Kau ingat aku sering mengatakan ini, ‘saranghae, park hanmi-ssi’ dan kau harus mempercayainya mulai sekarang” ucap namja itu, tulus, membuatku ingin membelah dadaku dengan pisau bedah dan memperlihatkan perasaanku yang membuncah di dalam sini kepadanya.

Aku tersenyum. Wajahku mulai terasa terbakar saat wajah tampan itu semakin mendekat ke hadapan mataku. Senyumnya, tatapannya, bahasa tubuhnya, dan deru nafasnya, seakan tengah menghipnotisku untuk tetap diam dan menunggu sesuatu akan dilakukan namja itu terhadapku.

Cupp~

Bibir itu terasa lembut menyentuh ujung bibirku, lidahnya yang hangat menyeruak masuk kedalam rongga mulutku, menghantarkan sensasi berdebar yang menyenangkan. Aku terlarut dalam perasaan manusiawi ini dan berharap waktu akan berhenti selamanya.

‪#‎END

Cupp~

Bibir itu terasa lembut menyentuh ujung bibirku, lidahnya yang hangat menyeruak masuk kedalam rongga mulutku, menghantarkan sensasi berdebar yang menyenangkan. Aku terlarut dalam perasaan manusiawi ini dan berharap waktu akan berhenti selamanya.

‪#‎TBC‬